Membedakan konten AI (artificial intelligence) dan bukan AI menjadi hal yang urgent. Mengapa demikian? Ini terutama karena banyak yang membagikan konten secara luas dan serampangan, tanpa memperhatikan kebenaran sumber dan konteks konten tersebut.
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu banyak beredar gambar dan video yang menarasikan tewasnya seorang pelatih paus orca, Jessica Radcliffe, diterkam binatang yang dilatihnya. Usut punya usut, berita dan konten-konten yang beredar ternyata hoaks.
Gambar dan video kematian pelatih orca Jessica Radcliffe tampak dramatis. Narasi yang beredar juga cukup untuk “membujuk” orang agar percaya. Dan memang banyak juga yang teperdaya. Padahal, ada peran AI untuk memproduksi gambar dan video-video tersebut. (Cek beritanya di sini)
Kasus di atas hanya sebagian contoh. Ada beberapa kasus lain yang juga hampir dianggap realitas tapi ternyata hoaks. Lantas, bagaimana agar kita tak teperdaya? Bagaimana membedakan konten AI dan bukan AI?
Baca artikel lainnya: Sejarah AI
Mental dan Kemauan
Sebetulnya ada banyak tools atau website untuk mereferensi sebuah konten hoaks atau bukan. Buatan AI atau bukan. Tetapi masalah utamanya adalah tentang mental dan intelegensi. Apa maksudnya?
Maksud mental di sini adalah tentang kemauan, kebiasaan, dan keterbukaan hati untuk tidak menerima konten apapun sebagai kebenaran tunggal. Bahwa semakin maju teknologi informasi, orang semakin mudah mendapatkan dan menyebarkan informasi.
Konteks kemudahan memperoleh dan membagikan informasi harus dipahami dengan memperkaya pengetahuan dari sumber berbeda yang sudah banyak tersedia. Jadi singkatnya, bila mendapatkan informasi tentang sesuatu, kita dapat melakukan cek dan ricek ke sumber informasi yang lain.
Membedakan Konten AI
Konten yang beredar di jagat maya ada tiga macam: konten teks (tulisan/artikel), konten gambar, dan konten video. Berikut beberapa cara membedakan konten AI atau bukan AI:
Teks:
- Kualitas bahasa: Konten AI mungkin terdengar formal dan sempurna secara tata bahasa, tetapi kurang memiliki nuansa dan sentuhan manusia.
- Konsistensi: Konten AI cenderung konsisten dalam gaya dan struktur, sedangkan konten manusia mungkin memiliki variasi.
- Kedalaman: Konten AI mungkin tidak memiliki kedalaman dan wawasan yang sama seperti konten yang hasil tulisan manusia.
- Nada netral dan terlalu sopan: AI cenderung menghindari bahasa yang terlalu emosional atau ekstrem.
- Pengulangan frasa: AI kadang mengulang pola kata atau struktur kalimat
Cara mengecek:
- Gunakan AI text detector seperti GPTZero, Copyleaks, atau Sapling.
- Membaca dengan kritis apakah teks terasa sempurna, kaku, terlalu datar dan formal, data umum, dan tidak ada sentuhan manusia/personal (human touch).
Konten Gambar:
- Kualitas gambar: Gambar hasil AI mungkin memiliki kualitas yang tinggi, tetapi bisa terlihat tidak alami atau terlalu sempurna.
- Detail: Gambar AI mungkin memiliki detail yang tidak realistis atau tidak sesuai dengan konteks.
- Gaya: Gambar AI mungkin memiliki gaya yang khas dan tidak alami.
- Tekstur tidak konsisten: bayangan, cahaya, atau refleksi tidak logis.
- Tulisan pada gambar sering rusak atau tidak terbaca dengan benar.
- Kejelasan berlebih atau terlalu “halus”: kadang tampak seperti ilustrasi digital meski dimaksudkan realistis.
Cara mengecek:
- Gunakan reverse image search (Google Lens, TinEye) untuk melihat apakah gambar sudah ada di dataset AI.
- Cek metadata file – beberapa generator AI meninggalkan jejak di EXIF data.
- Perbesar bagian tertentu dan cari distorsi atau pola brush aneh dan tidak lazim.
Konten Video:
- Gerakan: Video hasil AI mungkin memiliki gerakan yang tidak alami atau terlalu robotik.
- Gerakan bibir dan sinkronisasi suara tidak sempurna.
- Mata berkedip tidak normal atau tatapan kosong
- Suara terdengar terlalu bersih atau intonasinya datar.
- Transisi antar frame sedikit bergelombang atau ghosting effect.
- Ekspresi: Ekspresi wajah dan tubuh dalam video AI mungkin terlihat tidak alami atau terlalu formal.
- Kualitas: Video AI mungkin memiliki kualitas yang tinggi, tetapi bisa terlihat tidak realistis.
Cara mengecek:
- Gunakan alat deteksi deepfake seperti Deepware Scanner atau Microsoft Video Authenticator.
- Lihat frame demi frame untuk mencari distorsi di tepi wajah.
- Perhatikan pencahayaan, AI kadang kesulitan menjaga konsistensi cahaya saat objek bergerak.
Demikian beberapa cara membedakan konten AI dan bukan AI. Namun, ingat juga bahwa teknologi AI akan terus berkembang. Bisa jadi nanti membedakan konten AI dan bukan AI akan semakin sulit. Maka, perkayalah pengetahuan dan informasi dengan sumber yang berbeda-beda. (*)
