13 Februari 2025 19:45
Dengan menebar kebaikan, kita semua akan menjadi orang yang tenang dan tenteram, karena satu kebaikan akan mendatangkan kebaikan yang lain, mari kita jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk berbagi kebaikan kepada sesama.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah 
Demi mendapat Rahmat Allah SWT, semua orang muslim berlomba-lomba berbuat kebaikan, karena dengan berbuat kebaikan inilah kita semua bisa dekat dengan rahmat-Nya. Allah SWT berfirman:

إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ. [الأعراف: ٥٦]

Artinya: “Sungguh Rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al A’raf : 56)

Oleh karena hal tersebut mari kita bersama-sama membiasakan berbuat baik, karena sejatinya kebaikan adalah cahaya yang menerangi jiwa. Dengan menebar kebaikan, kita semua akan menjadi orang yang tenang dan tenteram, karena satu kebaikan akan mendatangkan kebaikan yang lain, mari kita jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk berbagi kebaikan kepada sesama.

Namun begitu kebaikan tentu haruslah dibatasi dengan batasan syariat, karena tidak cukup berbuat baik hanya bermodalkan niat semata, karena kebaikan yang dilakukan dengan cara yang salah tentu akan menimbulkan kemadharatan yang lebih besar walaupun telah diniatkan dengan baik.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah 
Syekh Ibrahim Al-Baijuri menjelaskan hal ini dalam kitabnya, Tuhfatul Murid ‘ala Jauharatittauhid hal 74:

وَعِنْدَنَا الحَسَنُ مَا حَسَّنَهُ الشَّرْعُ وَالقَبِيْخُ مَا قَبَّحَهُ الشَّرْعُ

Artinya, “Menurut kami (Ahlussunah wal Jamaah) yang dinamakan kebaikan adalah perkara yang dianggap baik oleh syariat sedangkan keburukan adalah perkara yang dianggap buruk oleh syariat.”

Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dengan mengkaji secara mendalam ilmu syariat, agar kita tidak salah langkah untuk berbuat kebaikan. Jangan sampai kebaikan yang kita lakukan berbuah sia-sia, karena sejatinya kebaikan merupakan elemen penting bagi kehidupan manusia.

Berbuat baik tentu banyak sekali bentuknya, salah satu kebaikan yang penting dan harus dimiliki seorang mukmin adalah sifat dermawan, karena sifat dermawan merupakan sifat para kekasih Allah.

Dalam kitab Adab Ad-Dunya wad Din halaman 242, Imam Mawardi meriwayatkan hadits Nabi tentang kesempurnaan iman, yaitu dengan baiknya budi pekerti dan memiliki sifat dermawan, beliau berkata:


رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ أَنَّهُ قَالَ: إنَّ اللَّهَ تَعَالَى اخْتَارَ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينً فَأَكْرِمُوهُ بِحُسْنِ الْخُلُقِ وَالسَّخَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَكْمُلُ إلَّا بِهِمَا

Artinya, “Diriwayatkan dari Baginda nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah memilihkan kalian Agama Islam, maka muliakanlah Islam dengan budi pekerti yang baik dan sifat dermawan karena sesungguhnya iman tidak bisa sempurna tanpa keduanya.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah 
Dalam hal ini Rasulullah adalah uswatun hasanah yang harus menjadi panutan kita dalam mengarungi kehidupan ini. Beliau merupakan sosok yang ramah, amanah, dan jauh dari kata pemarah.

Beliau adalah orang yang paling dermawan bahkan dengan orang yang memusuhinya sekalipun. Saking dermawannya beliau tidak pernah menolak atau mengatakan ‘tidak’ jika ada seseorang yang meminta bantuannya.

Di dalam hadits riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa ada seseorang yang datang menemui rasul, lalu beliau memberinya kambing sebanyak bainal jabalain (di antara dua gunung), berarti sama dengan satu lembah.


عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ 

Artinya, Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra berkata, “Pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Rasulullah, lalu beliau memberinya hadiah berupa kambing yang berada di antara dua gunung. Lalu lelaki itu kembali menemui kaumnya dan berkata kepada mereka: ‘Wahai kaumku, hendaknya kalian semua segera masuk Islam, karena sesungguhnya Muhammad memberi pemberian yang sangat besar, seakan ia tidak pernah takut akan kemiskinan.” (HR. Muslim)

Riwayat ini adalah bukti bahwa tidak mengherankan apabila Islam menjadi agama mulia yang mudah diterima, karena contoh yang ditampilkan oleh Baginda nabi merupakan sifat yang paling tinggi derajatnya, yaitu dermawan.

Dengan kedermawanan hidup akan menjadi lebih mudah, karena sejatinya menyedekahkan harta adalah proses membersihkan hati dari kotoran kikir atau pelit, iri, dengki, sombong dan lain sebagainya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berbuat baik dengan menjadi dermawan bukanlah perkara mudah, namun juga bukanlah perkara yang mustahil. Semua itu bisa dilakukan melalui latihan yang terus-menerus. Berawal dari latihan, hingga menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi sebuah rutinitas amalan. (*)

*Disadur dari khutbah jumat di Masjid Al-Fathimiyah, Jumat 17 Januari 2025. Khotib dan imam: Ustadz Eqy Yudha Asgara, S.Pd.

Open chat
INFORMASI PENDAFTARAN
Assalamu'alaikum wr. wb...
Klik OPEN CHAT untuk Informasi PSB via Whatsapp