8 Oktober 2024 19:49
Setelah rentetan pertanyaan itu dan jawaban yang serupa, Allah SWT berkata, "Maka semuanya dapat terjadi karena rahmat-Ku."

Rahmat Allah SWT menjadi syarat mutlak untuk masuk surga. Kisah berikut ini menjadi pengingat agar kita tak sombong dengan semua amal ibadah yang pernah kita lakukan.

Malaikat Jibril alaihissalam suatu waktu bercerita kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa ada seorang hamba Allah SWT yang telah beribadah selama 500 tahun di atas sebuah gunung.

Ahli ibadah tersebut berdoa kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan sujud dan meminta agar jasadnya tidak rusak sampai hari kiamat. Allah pun mengabulkan doanya.

Jibril alaihissalam melanjutkan kisahnya. “Tapi aku melihat di lauhulmahfuz pada hari kiamat dia akan dihidupkan dan dihadapkan kepada Allah SWT.”

Allah SWT lalu bertanya kepadanya, “Hambaku engkau Kumasukkan dalam surga-Ku berkat rahmat-Ku”.

Si ahli ibadah kaget dan menyangkal pernyataan Allah SWT tersebut. Ia merasa berhak masuk surga karena amal ibadahnya.

Allah SWT pun memerintahkan agar dilakukan penimbangan antara rahmat-Nya dibanding ibadah si hamba.

Ternyata, ibadah 500 tahun si hamba tak sebanding dengan satu rahmat Allah berupa nikmat penglihatan melalui mata.

Hanya dari mata saja tidak sebanding. Belum lagi nikmat dari kaki, tangan, akal, dan lain-lain.

Allah pun memerintahkan agar si hamba dimasukkan ke neraka. Namun, karena tersadar bahwa ibadahnya tak sebanding dengan rahmat Allah, si hamba pun berujar, “Karena rahmat-Mu, semoga aku dimasukkan ke surga.”

Allah SWT pun kembali memerintahkan malaikat agar membawa si hamba untuk menghadap.

“Hai hamba-Ku, siapakah yang menciptakanmu?” tanya Allah SWT.

“Engkau, wahai Tuhanku,” jawab hamba.

“Apa itu karena amalmu?”

“Karena rahmat-Mu.”

“Siapa yang memberi kekuatan kepadamu untuk beribadah selama 500 tahun?”

“Engkau, wahai Tuhanku.”

Setelah rentetan pertanyaan itu dan jawaban yang serupa, Allah SWT berkata, “Maka semuanya dapat terjadi karena rahmat-Ku.”

Akhir cerita ahli ibadah tadi masuk surga karena rahmat Allah SWT. (Bhy)

*Disarikan dari khutbah jumat di Masjid Al-Fathimiyah, Jumat 23 Agustus 2024. Khotib dan imam: Abah KH Dudun Ubaedullah, M. Pd, muadzin: ustadz Hanief.