
1 September 2015 adalah hari terakhir kami di Madinah. Jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mulai berdatangan. Dua hari sebelumnya, kepadatan di Masjid Nabawi sudah terasa.
Di halaman luar masjid yang sebelumnya cukup lengang, pun kepadatan mulai tampak.
Halaman luas nan teduh karena dinaungi tiang-tiang payung otomatis yang khas itu menjadi pilihan para jamaah yang tak kebagian tempat di dalam masjid untuk sholat berjamaah, berdzikir, atau sekadar istirahat.
Tak hanya itu, di area yang juga mendapat supply percikan air mirip embun itu banyak jamaah yang menjadikannya sebagai titik kumpul, karena sulit menjaga formasi rombongan di tengah ‘lautan’ manusia. Ada saja anggota yang terpisah.
Lazimnya, mereka membawa bendera negara, syal tanda KBIH, atau kain berwarna khusus yang telah disepakati agar mudah dikenali.
Siang itu saya melihat tanda yang berbeda. Bukan bendera negara, bukan syal, melainkan pelampung renang bergambar kartun angry bird yang biasa digunakan anak-anak. Saya tersenyum dalam hati. Lucu. Lantas, tergeraklah hati untuk memotretnya. 😊
Dari tas punggung yang digunakan salah seorang di antaranya diketahui mereka adalah jamaah haji asal Bangladesh. Tampaknya, mereka hanya berpikir praktis: apapun tandanya, yang penting kumpul. (*)
