
Bulan Ramadan adalah bulan yang khas, baik dari sisi ibadah, makanan-minuman, hingga ragam bahasa dan kata yang kerap muncul di bulan suci ini. Kita tentu tak asing dengan kata takjil, sama tak asingnya dengan kata tarawih dan sahur.
Takjil menjadi kata yang cukup populer ketika bulan Ramadan tiba. Juga sempat viral beberapa waktu lalu di media sosial istilah “war takjil”, “berburu takjil” atau “perang takjil”. Istilah-istilah itu menggambarkan suasana “perlombaan” mendapatkan makanan-minuman untuk berbuka puasa, yang turut diikuti saudara kita non-Islam (kemudian juga viral dengan istilah “nonis”).
Dari fenomena itu, kata takjil sesungguhnya telah digunakan secara salah kaprah. Lho, kok bisa? Berikut penjelasannya.
Morfologi dan Transliterasi Kata Takjil
Bila kita mengetikkan kata takjil di laman KBBI daring, akan muncul informasi:
Kata takjil berasal dari bahasa Arab عَجَّلَ artinya menyegerakan, atau mempercepat. Dalam morfologi bahasa Arab, kata takjil adalah bentuk masdar dari عَجَّلَ – يُعَجِّلُ – تَعْجِيْــلاً. Masdar sendiri berarti kata yang menunjukkan suatu kejadian atau perbuatan yang tidak memiliki keterangan waktu, tempat dan subjek (Dr. Mukhtar Umar dalam kitabnya yang berjudul Nahwul Asasiy).
Kata عَجَّلَ mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ. Pola ini memiliki beberapa makna, di antaranya لِلتَّعْدِيَةِ (menekankan/penekanan). Artinya, kata dengan pola tersebut memiliki dimensi anjuran agar sungguh-sungguh dikerjakan/dilakukan (muslimkreatif.com).
Sementara perubahan dari huruf ‘ain menjadi huruf k, seperti dilansir dari laman badanbahasa.kemdikbud.go.id, mengikuti aturan transliterasi (alih aksara) bahwa, ‘ain (ﻉ) di akhir suku kata diubah menjadi k. Contoh ﺇﻋﺘﻗاﺩ menjadi iktikad, ﻤﻌﺠﺯة ditulis mukjizat, ﻨﻌﻤﺔ = nikmat, dan ﺭﻜﻭﻉ menjadi rukuk.

Salah Kaprah, dari Kata Kerja menjadi Kata Benda
Lalu, di mana letak ke-salahkaprah-an pemaknaan dan penggunaan kata takjil dewasa ini? Begini uraiannya.
Seperti telah disebutkan, kata takjil adalah bentuk masdar dari kata عَجَّلَ, yakni تَعْجِيْــلاً. Pengertian masdar adalah kata yang menunjukkan suatu kejadian atau perbuatan yang tidak memiliki keterangan waktu , tempat dan subjek. Namun seiring waktu, kata takjil digunakan untuk menyebut berbagai macam makanan dan minuman berbuka puasa.
Kini, sering kita dengar atau baca kalimat, “Sudah hampir magrib, ayo cari takjil,” ketimbang “Sudah hampir magrib, takjil ya buka puasanya.” Bila merujuk pada arti kata aslinya, maka kalimat kedua lah yang lebih tepat, namun, terasa agak asing di telinga. Inilah ke-salahkaprah-an itu.
Meski demikian, KBBI tetap mencantumkan dua makna takjil: sebagai kata kerja (menyegerakan berbuka puasa), juga sebagai kata benda (makanan dan minuman untuk berbuka puasa). Ini adalah upaya menyerap ragam bahasa yang berkembang di khalayak.
Dan ke-salahkaprah-an ini pada akhirnya menjadi lumrah, mengingat bahasa adalah produk budaya yang akan terus berkembang. Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. (*)
ramadan #ramadlan #ramadhan #romadhon #bulanpuasa #ramadan1446h #ibadahpuasa #quotesramadan #seputarramadan #niatpuasa #ibadahpuasa #sahur #buka #takjil #ta’jil #kurma #kuliahramadan #kultum #puasaramadan #bukber #sahur #imsak #tarawih #shaum
