Setiap tahun di bulan Rabi’ul Awwal, sebagian besar Muslim di Indonesia merayakan hari lahir atau Maulid Baginda Mulia Muhammad SAW. Dalam momen ini lazim dibacakan kisah-kisah Baginda Mulia sebagai teladan untuk kita menjalani hidup.
Risalah kenabian Nabi Muhammad SAW sampai kepada kita melewati masa 14 abad lamanya.
Artinya, ada jarak zaman selama 14 abad antara kita dan Rasulullah SAW. Jarak waktu yang begitu panjang, alih-alih membuat sosok Baginda Mulia menjelma dongeng yang fiktif, malah membuat kita “merindu” sosok Beliau dalam kekaguman yang “pasrah”: menerima Baginda Mulia apa adanya.
Dalam rangka itulah, menurut perspektif peresensi, buku ini hadir. Setelah beberapa kali membaca episode demi episode kehidupan Baginda Mulia, akhirnya saya “tunduk” pada kenyataan bahwa Baginda Mulia adalah manusia biasa seperti kita. Namun demikian, Beliau lebih unggul dalam hal budi pekerti dan keteguhan hati.
Baginda Mulia dalam buku ini digambarkan sebagai berikut: “Wajah Muhammad sebagai manusia, lebih dipertajam, dalam lingkungan ekonomi, sosial dan budaya yang lebih hidup. Lingkungan Arabia, tempat Muhammad mengukir prestasinya –baik sebelum menjadi Nabi ataupun sesudahnya– ditampilkan secara detil, untuk memberi latar sejarah yang dinamis.”
Buku ini mengungkap sisi lain sejarah Nabi Muhammad, mengambil episode sebelum hijrah, dengan gaya-tulis yang khas: orisinal, teliti, efektif, dan sesekali kontroversial.
Selagi momen Maulid dirayakan di seluruh pelosok Bumi, sesekali baca buku ini untuk memperkaya wawasan mengenai sosok Baginda Mulia Muhammad SAW. (*)
 | Peresensi: H. Bangga Heriyanto, S. Sos |
| Judul Buku | Sirah Muhammad Rasulullah, Suatu Penafsiran Baru |
| Penulis | H. Fuad Hashem |
| Edisi | Cetakan Pertama, September 1989 |
| Penerbit | Mizan, Bandung |
| Jumlah Halaman | 255 |
| Dimensi | 15 x 24 cm |
Tentang Penulis
