8 Oktober 2024 20:10

Masjid Besar Baiturrahim Wongsorejo merupakan salah satu masjid persinggahan yang cukup berkesan.

Sudah dua kali kami singgah di masjid ini. Biasanya setelah ziarah dari Habib Ali bin Umar Bafaqih di Negara, Bali. Dari arah Banyuwangi menuju Situbondo, masjid ini terletak di kiri jalan.

Namun sayang, detail lebih lanjut mengenai Masjid Besar Baiturrahim Wongsorejo luput dari rekaman memori saya. Yang masih saya ingat cuma dua hal.

Pertama, keramahan warga sekitar dan DKM. Untuk mereka yang ngantuk, disediakan tempat istirahat di lantai dua, lengkap ada bantal dan karpet.

Kedua, di Masjid Besar Baiturrahim Wongsorejo ini terdapat satu sudut ruang di beranda depan. Ruangan terbuka yang terisi meja. Di atasnya ada dispenser yang mengeluarkan air dengan suhu panas dan normal; serta sebuah etalase dua tingkat berukuran sekitar 50 x 100 cm.

Di tingkat dasar etalase itu terdapat tiga toples ukuran sedang. Masing-masing berisi kopi bubuk, gula pasir, dan teh celup. Ada pula wadah tempat menyimpan sendok. Di tingkat dua etalase ada rencengan gelas plastik, dan beberapa baris gelas beling bening.

Di dinding ruang terbuka itu ditempeli tulisan tangan menggunakan spidol yang permukaan kertasnya di laminating glossy: “Gratis”.

Ah… Sungguh sebuah pemandangan langka: singgah di sebuah masjid untuk sholat dan istirahat sambil disuguhi minuman pelepas penat: teh hangat dan kopi panas. Semuanya gratis.

Mau minum bergelas-gelas pun -bila kantuk dan penat setelah perjalanan seharian belum hilang- silakan saja. Seperti yang saya jumpai kala itu. Beberapa orang yang singgah, berkali-kali mengisi ulang gelasnya. Ada pula yang menyimpan sebagai bekal di perjalanan.

Saya lantas teringat masjid Ibn Baz di Distrik Aziziah, Makkah. Saat musim haji 2015 lalu, di masjid itulah saya biasa sholat berjamaah bila tak ke Masjidil Haram.

Masjid Ibn Baz yang terletak tak jauh dari maktab jamaah haji asal Iran, menyediakan dua lemari pendingan ukuran besar di sudut kiri dan kanan pintu masuk utama masjid.

Lemari pendingin berisi botol air mineral ukuran 600 ml. Di pekan-pekan awal musim haji, saat kloter kami baru tiba dari Madinah, lemari pendingin itu selalu terisi penuh. Plus beberapa kardus kurma. Semuanya gratis.

Seandainya semua masjid di pelosok bumi ini bisa demikian. Terutama masjid-masjid besar. Ia mampu menjadi “telaga” yang betul-betul menghilangkan dahaga hamba-Nya. Dahaga lahir dan batin. (Bhy)